Dari Mana Rasulullah Bertolak Isra Miraj?
Ibn Ishaq pada abad ke-delapan menuturkan, pada suatu malam setelah Rasulullah kehilangan Khadijah yang wafat pada sekitar 621 Masehi, Rasulullah tertidur di sebelah utara Ka'bah. Selepas tengah malam malaikat Jibril membangunkan Rasulullah dengan menendangnya perlahan.
Setelah terbangun, Rasulullah kemudian digandeng Jibril ke gerbang utama menuju Ka'bah. “Kemudian aku melihat seekor binatang berwarna putih, seukuran bagal atau keledai dengan dua sayap menutupi kaki belakangnya. Kaki depannya merentang sejauh mata memandang,” tulis Ibn Ishaq mengutip keterangan yang menurutnya datang dari Rasulullah sendiri.
Lokasi di samping Gerbang Malik Abdulaziz di Masjidil Haram dipercayai sebagian jamaah jadi lokasi berdirinya hewan ajaib yang dipanggil Buraq tersebut. Dari situ, sembari menunggangi Buraq, Rasulullah memulai perjalanan menakjubkannya ke Masjid al-Aqsa di Palestina dan kemudian menembus langit menuju Sidratul Muntaha. Umat Islam di Asia Selatan dan Asia Tenggara, juga Turki dan Afrika hingga saat ini masih merayakan kejadian tersebut setiap 27 Rajab pada penanggalan Hijriyah.
Versi lainnya, lokasi itu dipercayai sebagai kediaman Fakhitah binti Abi Thalib, kakak dari Ali dan Ja’far. Perempuan yang merupakan sepupu Nabi Muhammad SAW tersebut lebih dikenal dengan panggilannya, Umm Hani. Ia tinggal di rumah tersebut bersama suaminya Hubayra bin Abi Wahb.
Setelah Rasulullah kehilangan Khadijah, ia beberapa kali bermalam di kediaman Umm Hani karena kedekatannya dengan keluarga tersebut. Satu malam ketika tertidur di rumah tersebut, Rasulullah dibangunkan malaikat Jibril dan digandeng keluar rumah menemukan Buraq tertambat tak jauh dari kediaman tersebut.
Umm Hani adalah salah satu orang yang dikutip perawi hadits terkait penuturan Rasulullah soal kisah perjalanan ajaibnya. Ia sempat meminta Rasulullah tak menuturkan kisah serupa pada warga Makkah karena khawatir dengan respons mereka, namun Rasulullah bergeming.
Pada masa kekuasaan Turki Uthmani di Makkah, rumah Umm Hani sudah tak berdiri. Di lokasi itu sempat didirikan sebuah pilar persegi delapan untuk membedakan dengan pilar-pilar marmer bundar di sekitarnya. Sebelum perluasan Masjid al-Haram, pilar itu berdiri di samping kiri bagian atas anak tangga menuju lokasi tawaf.
Jika ditarik garis lurus ke arah barat daya seturut kemiringan bangunan utama Masjidil Haram, lokasi itu persis menuju gerbang nomor 29. Nama gerbang itu, tak lain dan tak bukan, Gerbang Umm Hani.
Saat ini, hampir seluruh pilar di lokasi tersebut dari marmer bundar. Hanya satu, di baris kedua, yang berdiri janggal.
Ia berwarna abu-abu tak terpoles putih dan nampak lebih tua dari pilar-pilar lainnya. Ada semacam cincin persegi delapan di beberapa segmen pilar tersebut. Pilar itu juga memiliki delapan sisi, tak bulat seperti yang lain. Apakah di situ Buraq pernah ditambatkan? Waalahu‘alambisshawab.