Sains

Perhitungan Cermat Para Pengamat Langit Muslim

Kemajuan ilmu astronomi kerap disematkan titik mulanya pada masa Renaisans di Eropa. Faktanya, pemahaman modern kita soal pergerakan benda-benda langit sudah dimulai ratusan tahun sebelumnya oleh para ilmuwan Muslim. Berikut para pionir tersebut.

Al-Battani (858-929)

Ilmuwan kelahiran Harran di Turki ini secara presisi menghitung bahwa setahun masehi lamanya 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Perhitungan itu hanya selisih 2 menit 22 detik dari perhitungan modern dengan alat-alat canggih.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Perhitungannya yang amat presisi itu mendorong ilmuwan-ilmuwan Eropa pada abad ke-16 mengubah kalender masehi mereka. Kalender yang disempurnakan pada masa Paus Gregorius XIII tersebutlah yang digunakan sebagian besar umat manusia sampai saaat ini.

Ilustrasi al-Battani dengan perhitungan pergerakan benda langitnya. (istimewa).
Ilustrasi al-Battani dengan perhitungan pergerakan benda langitnya. (istimewa).

Namanya tergolong kerap dikutip oleh astronom Eropa seperti Nicolas Copernicus. Pengasaannya atas ilmu pergerakan benda-benda langit membuatnya dapat julukan Ptolemy dari Arab. Namanya diabadikan sebagai salah satu kapal angkasa di serial sains-fiksi Star Trek.

Ibn Yunus (950-1009)

Ilmuwan Mesir ini menghitung bahwa bumi bergeser dari porosnya satu derajat setiap 70,5 tahun, mengoreksi hitungan Ptolemy sebelumnya. Perhitungannya kemudian jadi fondasi teori-teori pergerakan benda langit di masa depan.

Buku ternamanya, al-Zij al-Kabir al-Hakimi ratusan tahun dijadikan pegangan soal tabel pergerakan benda-benda langit. Selain astronom, ia juga matemarikawan pioner. Namanya diabadikan sebagai salah satu kawah di Bulan.

Al-Tusi (1201-1274)

Lahir di Khurasan di Persia, Al-Tusi adalah penemu teori Tusi Couple yang menyimpulkan pergerakan planet dalam lingkaran ganda. Teori tersebur merombak teori pergerakan planet Ptolemi sebelumnya.

Keterangan soal teori Tusi Couple yang dirancang al-Tusi. (Perpustakaan Vatikan).
Keterangan soal teori Tusi Couple yang dirancang al-Tusi. (Perpustakaan Vatikan).

Teorinya dikutip banyak astronom Eropa masa Renaisans dan jadi landasan teori-teori selanjutnya. Diantara yang menggunakan teori tersebut adalah Ibn al-Shatir yang menggunakannya pada model geosentris dan Copernicus yang menggunakannya pada model heliosentris.

Kecerdasannya membuat Hulagu Khan membangunkan al-Tusi sebuah observatorium megah di wilayah Azerbaijan saat ini. Sebuah kawah di Bulan dan planet ekstrasolar dinamai dengan namanya.

Al-Sijzi (945 - 1020)

Ilmuwan asal Persia ini yang pertama di dunia menimbang bahwa Bumi berputar pada porosnya. Ia mengusulkan bahwa benda-benda langit nampak bergerak karena bumi juga berotasi. Teori ini di masa datang tak pelak memicu pemahaman bahwa Bumi sedianya yang mengitari Matahari.

Al-Sufi (903-986)

Ilmuwan Persia ini terkenal dengan tabel bintang-bintang yang jadi rujukan selama ratusan tahun. Ia yang pertama kali mengamati Kabut Magellan, dan pengamat pertama galaksi Andromeda. Namanya juga diabadikan sebagai nama kawah di Bulan dan sebuah planet ekstrasolar.

Ilustrasi dari buku peta bintang al-Sufi.
Ilustrasi dari buku peta bintang al-Sufi.

Al-Ijliyyah (abad ke-10)

Lebih dikenal dengan nama Mariam Al-Astrulabi, perempuan asal Suriah ini dikenal menyempurnakan teknik membangun astrolab, alat untuk mengukur ketinggian benda-benda langit. Namanya diabadikan sebagai salah satu asteorid utama pada Sabuk Asteroid.

Berita Terkait

Image

Bagaimana Islam Mendorong Sains?

Image

Saat Ilmuwan Barat Belajar dari Muslim

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.