Umum

Belajar dari Kerendahatian Al-Jazari

Mekanisme agung itu dirancang pada awal abad ke-13. Ia adalah jenis pertama di dunia kala itu. Pondasinya adalah sebentuk patung gajah pada ukuran sebenar. Di atas gajah, semacam pelana dengan tiang dan beratap. Tiang-tiang pelana itu dilingkari dua naga berwarna merah. Pada atapnya, bertengger seekor finiks. Gajah itu dikendarai tiga patung penunggang yang seluruhnya bersorban.

Bagian dalam patung gajah yang berongga diisi dengan rerupa mekanisme yang mengandalkan gerak air. Hidromekanika bahasa sekarangnya. Pergerakan air dan gir serta tuas dalam tubuh gajah tersebut sangat kompleks untuk masanya. Ia akan memicu serangkaian gerak anasir lain dalam rangkaian karya tersebut.

Bola akan menggelinding dari atap, jatuh ke mulut naga, memicu gerak pengendara, dan kembali lagi ke posisi awal. Pergerakan itu penanda waktu, ia terpicu setiap setengah atau satu jam sekali.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Reproduksi Jam Gajah di Mall of Dubai. (mall of dubai)
Reproduksi Jam Gajah di Mall of Dubai. (mall of dubai)

Keberadaan robotika jenis awal itu diketahui umat manusia dari Kitab fi Ma'rifat al-Hiyal al-Handasiyya karya Ibn Ismail al-Jazari, seorang ilmuwan dari wilayah Mesopotamia Atas, tak jauh dari Baghdad masa kini. Dalam buku itu, ia memaparkan cara membuat rerupa mesinasi, termasuk Jam Gajah tersebut. Dua replika jam tersebut telah berhasil direproduksi saat ini. Satu di Eropa, satu lagi di Dubai.

Orang-orang jaman sekarang barangkali tergoda melabeli al-Jazari sebagai penemu. Seperti mereka melabeli James Watt sebagai penemu mesin uap, atau Edison sebagai penemu bohlam, atau Graham Bell sebagai penemu telepon. Atau seperti Columbus sebagai penemu Benua Amerika dan James Cook sebagai penemu Benua Australia.

Namun, al-Jazari kemungkinan besar akan menolak label tersebut. Tak seperti ilmuwan kiwari, al-Jazari dan rekan-rekan pencari ilmunya dari masa-masa itu belum punya individualisme model Barat. Ini ada kaitan dengan konsep sanad dalam khazanah keilmuan Islam. Bahwa pengetahuan tak mungkin muncul seketika di benak orang-orang, melainkan melalui senarai panjang gagasan sebelumnya dari berbagai guru dan penutur.

Kita bisa menduga alam pikiran al-Jazari ini dari karyanya, Jam Gajah tersebut. Seluruh estetika dari rancangan brilian itu adalah simbolisme. Al-Jazari menuturkan dalam bukunya, gajah adalah simbol peradaban India dan Afrika; kemudian naga adalah simbol peradaban Tiongkok; burung finiks adalah simbol peradaban Persia; mekanisme air dalam gajah adalah simbol peradaban Yunani; dan para penunggang bersorban adalah simbol peradaban Islam.

Betapa indah amsal tersebut. Bahwa gagasan umat manusia lintas peradaban berperan mewujudkan eksistensi Jam Gajah. Bahwa kita orang tak harus saling menegasikan untuk kemajuan bersama.

Dalam banyak hal, mesin itu sedianya serupa dengan gawai yang kita pegang saat ini, misalnya. Ia adalah rancangan Amerika/Eropa yang dibikin di Cina dengan bahan yang ditambang di Afrika, menjalankan aplikasi yang bekerja dengan algoritma dan metode komputasi biner yang bertumpu pada temuan peradaban Hindu dan Islam.

Dalam buku tebal al-Jazari, ada sedikitnya 50 mesin yang ia jelaskan secara terperinci cara kerja dan cara membuatnya. Tak satupun dari mesin-mesin tersebut adalah alat perang atau punya tujuan untuk menyakiti manusia lain.

Berita Terkait

Image

Bagaimana Islam Mendorong Sains?

Image

Saat Ilmuwan Barat Belajar dari Muslim

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.