Dokter-dokter Muslim Pendobrak Sejarah
"Carilah pengobatan, karena Allah tak menurunkan penyakit tanpa obatnya kecuali penyakit tua," sabda Rasulullah SAW sekali waktu. Hadits ini agaknya memicu banyak ahli pengobatan muncul pada masa keemasan Islam.
Ratusan tahun, dokter-dokter ini mengabdi di berbagai rumah sakit alias bimaristan yang melayani pasien secara gratis. Mereka juga rajin menulis buku yang kemudian jadi rujukan dunia.
Tak hanya itu, inovasi-inovasi medis juga mereka gagas. Sebagian penemuan mereka di bidang kesehatan masih sangat berguna hingga saat ini. Berikut di antara yang paling ternama.
Ibn Zakariya al-Razi (854-925)
Ahli kedokteran asal Iran ini menjabat sebagai direktur rumah sakit di Baghdad dan Ray. Ia dianggap sejumlah sejarawan sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam ilmu kedokteran.
Ensiklopedia Brittanica menahbiskannya sebagai yang pertama menjelaskan teori humoral untuk membedakan penyakit menular yang satu dari yang lain. Ia juga yang pertama menjelaskan secara teperinci soal campak dan cacar.
Meski penyakit melankolia sudah dikenal sejak masa Yunani kuno, adalah al-Razi yang mempelopori pengobatannya secara manusiawi pada abad ke-10. Sebelum itu, penderita depresi biasanya dikurung dan disiksa. Atas hal itu, ia dikenal juga sebagai pelopor ilmu psikologi dan psikoterapi.
Ali ibn al-Abbas (wafat 994)
Dokter di Rumah Sakit al-Adudi di Baghdad ini terkenal melalui buku kedokterannya Kamil as-Sinnaa at-Tibbiyyah. Ia merupakan salah satu pelopor teori neurosains dan ilmu psikologi.
Ia juga merupakan pelopor pengobatan psychosomatic. Menurutnya kebahagiaan dan ketenangan hati harus diupayakan pada pasien agar sakitnya tak diperparah kegundahan dan kesedihan. Karyanya juga masih dijadikan rujukan di Eropa berabad-abad kemudian.
Al-Zahrawi (936-1013)
Dokter yang beroperasi di Cordoba, Andalusia, ini dianggap sebagai ahli bedah terhebat di masanya. Ia merancang banyak alat bedah yang dipakai hingga kini, mempelopori penggunaan organ hewani untuk menjahit hasil operasi, menemukan cara mengoperasi katarak, hingga pembedahan cesar dan sebagainya.
Bukunya Kitab al-Tasrir yang merupakan ensiklopedia medis setebal 30 jilid jadi rujukan selama 500 tahun di Eropa. Ia juga berkontribusi sangat banyak pada bidang kesehatan dan perawatan gigi.
Al-Zahrawi menemukan sedikitnya 200 alat bedah selama karirnya. Sebagian besar alat-alat bedah ini belum pernah digunakan oleh dokter-dokter sebelumnya.
Ibn al-Nafis (1213-1288)
Pria kelahiran Kairo ini merupakan direktur Rumah Sakit Al-Nasseri yang didirikan Sultan Salahuddin al-Ayyubi di Mesir. Ia terkenal sebagai yang pertama menjabarkan secara presisi peredaran paru-paru (pulmonary circulation) dan memulai teori yang nantinya memicu eori surkulasi kapiler.
Teorinya yang mengoreksi ilmuwan Yunani, Galen, yang nyaris tak dibantah seribu tahun lebih. Ia sedikit saja di antara sezamannya yang meyakini otak sebagai pusat komando pemikiran manusia.
Buku-bukunya mulai dicetak dan diterjemahkan di eropa pada abad ke-16. Karya-karya tersebut diyakini memengaruhi para ilmuwan terkemudian seperti William Harvey yang kemudian secara lengkap menjelaskan sistem peredaran darah manusia.
Ibn Sina (980-1037)
Dokter asal Bukhara di Uzbekistan ini sudah menguasai kedokteran dan berpraktek sebagai dokter kerajaan sejak usia 18 tahun. Pada usia 21 tahun, ia diangkat jadi dokter pribadi Sultan Nuh II. Ia kemudian melanjutkan karirnya di Ray, Iran dan mulai menulis ensiklopedi pengobatan, al-Qanun fi't Tibb.
Karya masyhur yang masih digunakan di sekolah-sekolah kedokteran di Eropa hingga abad ke-18. Selain dokter, Ibn Sina juga salah satu filosof paling terkemuka sepanjang pradaban dunia. Pemahaman filsafatnya jadi pijakan bagi banyak pemikir Eropa di abad pertengahan.
Sumber: Pusat Data Republika