Agama

Kisah Ayat Alquran yang Membentuk Dunia Modern

Tak seperti yang dikira banyak orang, ilmuwan ternama dari Baghdad kelahiran abad ke-8 Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi bukanlah "penemu" angka nol. Ia menyadur gagasan itu dari buku-buku India kemudian menyempurnakan dan mempopulerkan penggunaannya ke seantero dunia.

Bagaimanapun, ada satu ide orisinil al-Khawarizmi yang tak kalah penting. Ia adalah manusia pertama yang menjabarkan solusi sistematik dari persamaan kuadrat linear. Singkatnya semua kesulitan manusia modern selama sekolah saat diminta menentukan nilai x pangkat dua oleh guru matematika yang galak-galak itu dia yang mulai.

Pola pikir tersebut garis besarnya adalah matematika tak melulu soal angka-angka. Ia adalah juga soal sistem pemecahan masalah tertentu berapapun angka yang terlibat dalam masalah itu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Alquran. (Dok Republika) 
Alquran. (Dok Republika)

Dari mana al-Khawarizmi mendapat ide tersebut. Tentu ada juga akarnya pada ilmuwan terdahulu. Tapi, secara khusus, al-Khawarizmi dalam buku berpengaruhnya "al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wal-muqābala", menyatakan bahwa metode itu ia perlukan untuk menyelesaikan persoalan matematis ini:

"Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

Jika pembaca yang budiman belajar matematika atau ilmu pemrograman komputer, tentunya mafhum dengan susunan algoritmis ayat ke-11 surat Annisa tersebut. Surat tersebut adalah semacam formula yang menanti masukan tertentu, seperti siapa yang meninggal dan berapa harta kekayaannya; kemudian menghasilkan keluaran alias output tertentu pulak.

Al-Khawarizmi secara ekstensif menjabarkan persoalan-persoalan matematis dari ayat mengenai hukum waris itu serta bagaimana menyelesaikannya dalam buku yang ia tulis. Penjabaran al-Khawarizmi tersebut beratus tahun kemudian melahirkan yang disebut aljabar (disadur dari judul bukunya), serta metode sistematik penyelesaian persoalan bernama algoritma (disadur dari ejaan latin namanya, Algorismus).

Halaman kitab Aljabar karya al-Khawarizmi. (Creative common) 
Halaman kitab Aljabar karya al-Khawarizmi. (Creative common)

Nah, dibalik segala kecanggihan yang kita nikmati sebagai manusia zaman sekarang, adalah algoritma ini. Mulai dari mesin-mesin kiwari yang cerdas-cerdas itu, komputasi di komputer, gim komputer, proyeksi perdagangan, bagaimana iklan tampil di laman medsos, rekomendasi di mesin perambah, penunjuk jalan di telepon genggam, sampai pergerakan pesawat-pesawat luar angkasa. Semuanya menggunakan sejenis algoritma pemrograman.

Jika bukan al-Khawarizmi, tentu ada orang lain yang bakal menggagas metode tersebut. Tapi sudah digariskan Allah, ilmuwan asal Baghdad tersebutlah, berbekal upaya menafsirkan secara matematis Annisa ayat 11, yang jadi pemercik revolusi saintifik umat manusia tersebut.

Berita Terkait

Image

Bagaimana Islam Mendorong Sains?

Image

Saat Ilmuwan Barat Belajar dari Muslim

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.