Sejarah

Ada Wabah Ada Perang, Ada Perang Ada Wabah

Pembaca yang budiman barangkali sukar menalar bagaimana bisa pada masa-masa pandemi seperti ini ancaman perang justru tak mereda. Saat warga masyarakat sedang pusing kepala dihadapkan pada ancaman wabah, diminta tinggal di rumah saja; prajurit-prajurit malah keluar barak.

Cina yang kian aktif di Laut Cina Selatan dan mengancam akan menyerang Taiwan, misalnya. Atau Israel yang membombardir Gaza dan menggugurkan puluhan anak-anak dan perempuan. Taliban yang dengan serangan kilat mengusir Amerika Serikat dan mengambil alih kekuasaan. Yang terkini, tentu saling ancam Rusia dan NATO di Ukraina.

Tapi sejarah mencatat, hal macam begini bukan barang baru. Seperti yang dikiaskan dalam Alkitab, Wabah dan Perang adalah dua penunggang kuda yang berjalan beriringan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lukisan wabah menyeranh Athena di masa Perang Peloponesia. (Public Domain) 
Lukisan wabah menyeranh Athena di masa Perang Peloponesia. (Public Domain)

Pada 430 sebelum Masehi, misalnya, wabah yang sampai saat ini belum diketahui jenisnya mengoyak Athena dan membunuh ribuan warga dan prajurit. Dilansir historynet.com, kedatangan wabah itu bertepatan dengan Perang Poliponesia dengan Sparta. Wabah itu memukul kemampuan tempur Athena, bahkan membunuh pimpinan mereka Pericles.

Sementara pada 165 Masehi, Kaisar Romawi Marcus Aurelius Antonius melakukan kampanye perang ke Mesopotamia. Pasukan yang pulang dari perang kemudian membawa wabah tak diketahui yang merebak di berbagai kota di Romawi. Sedemikian banyaknya warga yang meninggal akibat wabah tersebut sampai mengurangi drastis pendapatan pajak dan pelan-pelan melemahkan kekaisaran tersebut.

Kemudian pada 541 M, giliran Kaisar Justinius yang melancarkan kampanye perluasan wilayah ke bagian timur. Upaya itu berbarengan dengan merebaknya wabah pes perdana di Eropa. Sebanyak 230 ribu meninggal di Konstantinopel. Kejatuhan kekaisaran kemudian makin dekat sebelum akhirnya diselesaikan pasukan Muslim seabad kemudian.

Ilustrasi wabah Justinian. (Public Domain) 
Ilustrasi wabah Justinian. (Public Domain)

Wabah pes lainnya pada abad ke-14 juga berbarengan dengan amukan Pasukan Emas Mongol. Mereka menggunakan mayat-mayat korban wabah untuk menghabisi populasi di wilayah yang diserang seperti di Genoa, wilayah Italia sekarang. Dari situ, wabah menggila dan menghabisi sepertiga populasi Eropa dan Afrika Utara. Sejarawan Ibn Khaldun demikian terpukul oleh wabah itu sampai ia menyebutnya sebagai salah satu penyebab runtuhnya kerajaan dalam karya babonnya, Muqaddimah.

Sedangkan pada 1520, penjajah Spanyol mulai menjalankan upaya penaklukkan Aztec di Meksiko. Upaya tersebut berhasil sebagian besar karena wabah cacar air yang dibawa para pelaut Spanyol menghabisi sebagian besar populasi penduduk asli Amerika yang belum memiliki imun seperti penjajah mereka.

Lukisan penaklukan Aztec oleh Pasukan Spanyol. 
Lukisan penaklukan Aztec oleh Pasukan Spanyol.

Nah, pergerakan pasukan Rusia berbarengan dengan wabah juga pernah terjadi pada 1826. Kala itu, pasukan Rusia membawa wabah kolera dari Bengal dalam perang mereka melawan Persia, Turki, dan Polandia. Wabah yang mereka bawa itu kemudian menyebar sampai Inggris dan menewaskan puluhan ribu jiwa.

Sedangkan akhir Perang Dunia I juga berbarengan dengan merebaknya Flu Spanyol pada 1918. Sebanyak 23 persen pasukan Amerika Serikat kala itu meninggal akibat wabah ini alih-alih gugur di medan tempur. Diperkirakan 20 juta hingga 100 juta orang meninggal akibat wabah tersebut di seluruh dunia, termasuk wilayah Indonesia yang masih bernama Hindia-Belanda.

Nah, pergerakan pasukan Rusia berbarengan dengan wabah juga pernah terjadi pada 1826. Kala itu, pasukan Rusia membawa wabah kolera dari Bengal dalam perang mereka melawan Persia, Turki, dan Polandia. Wabah yang mereka bawa itu kemudian menyebar sampai Inggris dan menewaskan puluhan ribu jiwa. Nah, pergerakan pasukan Rusia berbarengan dengan wabah juga pernah terjadi pada 1826. Kala itu, pasukan Rusia membawa wabah kolera dari Bengal dalam perang mereka melawan Persia, Turki, dan Polandia. Wabah yang mereka bawa itu kemudian menyebar sampai Inggris dan menewaskan puluhan ribu jiwa. Sedangkan akhir Perang Dunia I juga berbarengan dengan merebaknya Flu Spanyol pada 1918. Sebanyak 23 persen pasukan Amerika Serikat kala itu meninggal akibat wabah ini alih-alih gugur di medan tempur. Diperkirakan 20 juta hingga 100 juta orang meninggal akibat wabah tersebut di seluruh dunia, termasuk wilayah Indonesia yang masih bernama Hindia-Belanda.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.