Ancaman Rusia dan Kebohongan AS-Inggris di Irak

Umum  

Hampir tiap hari belakangan peringatan-peringatan seperti ini keluar dari Gedung Putih dan digaungkan media-media. "Rusia akan Menyerang Ukraina Beberapa Hari Lagi". "Presiden AS Joe Biden Yakin Putin akan Melakukan Invasi". "Intelijen AS Menyatakan Pasukan Rusia dalam Posisi Siap Menyerang". "Pekan Depan Rusia Kemungkinan Menyerang".

Sangking kerapnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia sampai berkelakar lewat cuitannya. "Permohonan saya kepada outlet disinformasi massa Amerika dan Inggris - Bloomberg, the New York Times, the Sun, dan sebagainya - tolong umumkan jadwal invasi kami setahun ke depan supaya saya bisa merencanakan liburan,” cicitnya 16 Februari lalu.

Ancaman Rusia yang digembar-gemborkan AS dan sekutunya tentu sejauh ini belum bisa dicap sebagai isapan jempol. Presiden Rusia Vladimir Putin toh terbukti menginvasi Krimea dan mencaplok wilayah yang saat itu masuk Ukraina itu pada 2014.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Prajurit Ukraina di garis depan. (AP Photo/Vladimir Tretyakov)
Prajurit Ukraina di garis depan. (AP Photo/Vladimir Tretyakov)

Sebaliknya, sebagian orang juga punya alasan mencurigai agenda Gedung Putih. Masih ingat jelang invasi ke Irak pada 2003 silam? Saat itu juga, hampir tanpa henti Gedung Putih dan Pentagon mengeklaim keberadaan Senjata Pemusnah Masal milik pemerintahan Saddam Hussein.

Media-media ternama seperti the New York Times menggaungkan “temuan” intelijen AS soal senjata pemusnah tersebut. Saddam Hussein bolak balik menyangkal. Lembaga pengawas nuklir internasional, IAEA juga tak yakin ada hal serupa. Hanya Inggris di bawah PM Tony Blair yang menyokong tudingan soal senjata pemusnah masal tersebut.

Jutaan orang di dunia turun ke jalan menolak rencana invasi sepihak AS dan Inggris ke Irak. Negara-negara lain di PBB juga berupaya mencegah. Tapi Presiden AS George W Bush dan PM Tony Blair lanjut terus.

PM Inggris Tony Blair dan Presiden AS George W Bush. (White House Archive)
PM Inggris Tony Blair dan Presiden AS George W Bush. (White House Archive)

Maret 2003, serangan dilancarkan. Tujuh negara ikut dalam penyerangan. Selain AS dan Inggris, ada Australia, Polandia, Spanyol, Portugal dan Denmark.

Baghdad, Fallujah, Mosul, Kirkuk diluluhlantakkan. Saddam Hussein dihukum gantung. Ribuan militer Irak dipenjarakan. Iraq Body Count Project mencatat, hingga 2019 sedikitnya 183.535 sampai 206.107 warga sipil meninggal akibat perang.

Dan pada akhirnya, setelah kehancuran sedemikian, tak sebiji pun senjata pemusnah massal ditemukan. Saddam Hussein juga tak punya urusan dengan serangan 9/11 pada 2001 yang membuat AS begitu mengamuk kala itu.

Pada 2016, tim pencari fakta bentukan Pemerintah Inggris mengumumkan temuan mereka. Intinya, perang panjang nan mematikan yang jadi sebab utama lahirnya ISIS dan memicu perang lebih panjang lagi itu didasarkan kebohongan. Tony Blair dan Bush disebut sebenarnya tak memiliki bukti kuat apapun soal ancaman Saddam Hussein.

Suasana Kota Mosul selepas perang Irak. (REUTERS/Alkis Konstantinidis)
Suasana Kota Mosul selepas perang Irak. (REUTERS/Alkis Konstantinidis)

Jauh sebelumnya, pada 2004, the New York Times telah meminta maaf karena melaporkan soal keberadaan senjata pemusnah massal di Iraq. Menurut mereka, laporan tersebut didasari keterangan palsu dari sejumlah nara sumber yang tak mereka periksa secara lebih teliti. Permintaan maaf itu seturut tekanan dari publik yang memertanyakan mengapa media-media barat membeo saja dan tak berupaya mencegah perang.

Malapetaka Perang Iraq itu agaknya harus diingat pada masa-masa seperti ini. Jangan sampai agenda-agenda para penguasa di barat maupun di timur dibiarkan tanpa dipertanyakan. Karena ujung-ujungnya, saat perang nantinya meledak, para penguasa dan pejabat masih bakal hidup baik-baik saja; melukis di rumah macam George W Bush, atau jadi pembicara di mana-mana macam Tony Blair. Sementara di medan perang, ribuan prajurit dan warga sipil hilang nyawanya sia-sia.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image