Sejarah

Inilah Ziryab, Sang Influencer tanpa Medsos

Ziryab tak punya akun facebook, twitter, atau instagram. Ia juga tak menari-nari mengikuti alunan musik dansa elektronik di tiktok. Ia tak bicara lewat siniar alias podcast, tak punya kanal Youtube dengan jutaan pirsawan.

Apa boleh buat, ia lahir pada 789 alias 1.200 (!) tahun lalu di Baghdad. Jangan kata medsos, kalkulator saja belum terbayang di benak manusia zaman itu. Ia bukan juga buzzer bayaran pemerintah. Kala itu, jika kerajaan tak suka dengan tukang kritik algojo eksekusi langsung bertindak.

Bangsawan juga si Ziryab ini bukan. Pria bernama asli Abu al-Hasan Ali ibn Nafi’ ini lahir sebagai budak. Sejarawan tak memastikan apakah Ziryab berasal dari Afrika, Persia, atau Kurdistan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ilustrasi Ziryab di Kordoba.
Ilustrasi Ziryab di Kordoba.

Yang jelas, kulitnya sewarna kayu jati. dari situ ia dijuluki Ziryab alias Burung Hitam. Julukan itu juga dari satu keahlian khusus Ziryab, yakni bernyanyi. Ziryab belajar musik di bawah bimbingan penyanyi terkenal Ishaq al-Mawsili yang merupakan salah satu pionir musik Arab.

Sejarawan dari Andalusia Ibnu Hayyan, sumber utama kisah soal Ziryab menuturkan, tak lama belajar, Ziryab sudah melampaui gurunya. Selain suaranya yang merdu, ia juga memelopori oud bersenar lima. Hanya kurang satu saja dari rata-rata gitar masa kini.

Hal ini memicu kecemburan di kalangan para seniornya dan memaksa Ziryab hijrah ke Andalusia pada 822. Didinilah karir Ziryab sebagai influencer dimulai.

Ia memelopori Nauba, sejenis musik Arab yang masih eksis sampai hari ini sebagai musik klasik Afrika Utara. Libya, Tunisia, dan timur Aljazair menyebutnya dengan maluf. Ziryab menciptakan 24 Nauba, masing-masing untuk tiap satu jam dalam satu hari.

Pemain Oud.
Pemain Oud.

Bukan hanya musik, apa yang dilakukan Ziryab kala itu dicontoh para bangsawan dan masyarakat awam. Sekali waktu, Ziryab memotong rambutnya dengan model poni yang tak umum kala itu. Tak berapa lama, ramai-ramai warga Andalusia mengikuti gaya tersebut.

Ziryab memulai jamuan makan istana dengan sup terlebih dahulu. Setelah itu baru datang makanan utama berupa daging-dagingan dan akhirnya ditutup makanan manis. Eropa memerhatikan dan mencontoh gaya makan itu hingga saat ini.

Ziryab menggunakan pasta gigi dan mencukur rapi jenggotnya, orang-orang semua mengikuti. Ziryab mencelup cuciaannya dengan air mawar, orang-orang juga ikut.

Kala musim semi tiba di Semenanjung Iberia, Ziryab akan menggunakan pakaian dengan warna-warna cerah. Kala musim panas tiba, ia memilih pakaian berwarna kuning. Pakaian berlapis-lapis ia kenakan ketika musim dingin tiba.

Peragaan busana Muslim. (Republika/Thoudy Badai)
Peragaan busana Muslim. (Republika/Thoudy Badai)

Namanya juga influencer, gaya pakaian itu lagi-lagi diikuti masyarakat dan lahirlah fesyen musiman. Hingga saat ini, gelaran adibusana di dunia masih dibagi per musim, bahkan di negara-negara tanpa musim macam Indonesia.

Pada saat ini, tak sedikit juru masak yang jadi influencer. Demikian juga Ziryab. Tinggalan kue-kue dengan resepnya sampai saat ini masih bertahan di Iberia dan Afrika Utara seperti kue Zalabia dan Siriab.

Tanpa media sosial, tagar #ziryab bertahan seribu tahun lebih, meski banyak orang tak menyadari.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.