Sejarah

Kisah STY: Bantai Timnas U-23 pada 1991, Terbangkan Garuda Muda di 2024

RIHLAH -- Awal 1990-an, anak muda itu masih seorang mahasiswa di Yeungnam University. Sedari remaja, ia sudah menunjukkan bakat sepak bola di posisi sebagai pemain tengah yang mumpuni. Pemuda bernama Shin Tae Yong itu kemudian dipanggil memperkuat Timnas Korea Selatan U-23 pada 1991.

Salah satu pertandingan yang ia jalani kala itu, adalah laga persahabatan melawan Timnas Indonesia U-23 Indonesia. Pertandingan digelar pada 24 Maret 1991 di Stadion Masan, Korsel. Sebanyak 15.000 penonton datang menyaksikan kala itu. Tak seperti setelah-setelahnya, Indonesia masih kekuatan yang diperhitungkan di Asia saat itu. Ini adalah bigmatch di Asia Pasifik.

Shin Tae Yong muda saat membela Seongnam Ilhwa Chunma. (AFP/Stanley CHOU/WSG)
Shin Tae Yong muda saat membela Seongnam Ilhwa Chunma. (AFP/Stanley CHOU/WSG)

The Rec.Sport.Soccer Statistics Foundation (RSSSF), lembaga yang merekam statistik pertandingan sepakbola mencatat, Shin main sejak awal sebagai starter. Belum lama, memasuki menit ke-5, ia menjebol gawang Garuda Muda. Golnya menandai awal pembantaian yang akan berujung skor 5-0 untuk kemenangan Korsel. Selain gol pada menit ke-5 itu, sang primadona baru mencetak kembali gol pada menit ke-52.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Dua hari kemudian, pertandingan persahabatan kembali digelar di Stadion Busan. Shin tak dimainkan saat itu. Indonesia kembali kalah dengan skor 3-1.

Setahun setelah pertandingan itu, Shin dipanggil masuk timnas senior. Ia jadi langganan dan disertakan dalam susunan tim yang berlaga pada Piala Asia 1996 di Uni Emirat Arab. Korsel tergabung dengan UEA, Kuwait, dan Indonesia.

Asa Garuda pada fase Grup A itu membubung saat pada pertandingan perdana berhasil menahan Kuwait 2-2 melalui permainan ciamik dan satu gol spektakuler Widodo C Putro. Pada pertandingan kedua melawan Korsel, harapan maju ke babak selanjutnya mulai kandas. Tim Korsel, diperkuat Shin Tae Yong yang masuk pada menit ke-33, berhasil membungkam Garuda dengan skor 4-2. Kekalahan 2-0 dari tuan rumah menyudahi perjalanan Timnas Indonesia di Piala Asia 1996 tersebut.

Sejak itu, trayektori sepak bola Korsel dan Indonesia tak lagi seiring. Punya Korsel terus menanjak, sementara Indonesia rata-rata air malah cenderung nyungsep. Sampai akhirnya Shin Tae Yong yang dahulu mengandaskan Garuda itu datang menjadi pelatih Timnas Indonesia pada 2019. Secara bertahap ia memoles permainan Timnas Garuda. Perubahan nyata nampak sejak awal, namun kian diakselerasikan dengan dukungan PSSI dibawah naungan Erick Thohir.

Hingga akhirnya pada dini hari, Jumat (26/4/2024) waktu Indonesia, Shin melakukan sesuatu yang barangkali tak pernah ia bayangkan saat jadi Laskar Taeguk junior dan senior dulu. Ia menghentikan rekor sembilan kali berturut-turut timnas sepak bola negaranya masuk olimpiade, sembari menghidupkan harapan Garuda Muda untuk pertamakalinya merasakan atmosfer sepakbola tingkat olimpiade.

Shin Tae Yong sadar betul bahwa kekalahan yang ia timpakan ke Timnas Korsel U-23 tak sederhana. STY menuturkan bahwa jika tahun ini Korsel lolos ke olimpiade untuk 10 kali berturut-turut, rekor itu tak bakal disamai negara manapun di Asia. Bagaimanapun, ia mencoba bersikap profesional.

“Saya sangat bahagia. Namun, hati saya sangat campur aduk dan berat. Saya minta maaf kepada para penggemar Korea,” ungkap Shin dalam konferensi pers selepas pertandingan. “Saya merasa telah menyebabkan masalah pada tim Korea. Tapi tolong jangan terlalu membenci saya. Tolong dukung saya,” kata pahlawan Korsel di masa lampau yang kini juga jadi pahlawan di Indonesia itu.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.