Senegal, Sufi, dan Piala Dunia
Kemenangan Tim Nasional Senegal atas Ekuador di Stadion Internasional Khalifa membawa tim itu ke babak 16 besar Piala Dunia 2022. Kemenangan itu juga menandai sejumlah capaian. Senegal adalah negara Afrika sekaligus negara mayoritas Muslim pertama yang lolos ke babak selanjutnya pada piala dunia kali ini.
Menurut Eric Ross dalam Sufism and Religious Brotherhoods in Senegal, saat ini sekitar 97 persen dari total 21 juta penduduk Senegal adalah Muslim. Dari jumlah populasi Muslim itu, sekitar 93 diantaranya mengikuti tarekat sufi tertentu.
Di Indonesia, tarekat Qadiriyyah yang mengikuti Syekh Abdul Qadir Jailani termasuk yang paling banyak diikuti. Berkebalikan dengan Senegal di mana aliran ini paling sedikit pengikutnya.
Dari segi pengikut, tarekat Tijaniyyah yang paling banyak anggotanya. Tarekat ini diperkenalkan ke Senegal pada awal abad ke 19 oleh Haji Umar Tall. Pelajaran Alquran jadi fokus dari tarekat ini. Mereka mendirikan banyak sekolah di Senegal, termasuk yang paling awal untuk Muslimah.
Meski bukan yang paling banyak anggotanya, menurut Eric Ross tarekat Muridiyah bisa dibilang paling terorganisir dan paling berpengaruh di Senegal. Hal ini terkait dengan sikap kelompok itu menentang kolonialisme Prancis di Senegal. Sikap penentangan itu membuat tarekat Muridiyah sering mendapat cap radikal. Kendati demikian, merujuk survei Pew, mayoritas penganut Islam di Senegal sedianya tak pernah menautkan agama Islam dengan kekerasan.
Tarekat ini diperkenalkan di Senegal oleh Mamadou Bamba pada awal abad ke-20. Secara tradisi, pencetak gol kemenangan Senegal ke gawang Ekuador, Kalidou Koulibaly, berasal dari keluarga anggota kelompok sufi ini.