Gempa Besar di Nusantara Lama
Pembaca yang budiman, gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, mengingatkan kita betapa rentannya wilayah Nusantara terhadap pergerakan bumi. Gempa-gempa besar telah terjadi di Indonesia sejak dulu kala dan mulai dicatat secara teperinci sejak abad ke-17. Berikut di ntara gempa-gempa besar sebelum abad ke-19 berakhir.
1 Agustus 1629 (Kepulauan Banda)
Salah satu gempa paling awal di wilayah Nusantara yang terekam secara mendetail adalah gempa di Kepulauan Banda ini. Arthur Wichmann dalam Earthquakes in the Indian Archipelago mencatat, kala itu gempa berpusat di sekitar Pulau Tanimbar dan Seram. Gempa tersebut disusul tsunami setinggi 15 meter setengah jam setelah gempa. Getaran gempa terasa sampai sekitar 230 meter di Kepulauan Ambon. Belakangan ditelaah bahwa gempa tersebut dipicu pergerakan megathrust. Tak diketahui berapa banyak korban jiwa kala itu. Namun tercatat bahwa gempa susulan akibat peristiwa itu masih terus terjadi selama sembilan tahun setelahnya.
17 Februari 1797 (Sumatra Barat)
Gempa besar selanjutnya yang terekam terjadi di wilayah Sumatra Barat. Merujuk Journal of Geophysical Research (2006), gempa berkekuatan 8,5 Mw akibat pergerakan sesar megathrust Sunda ini menyebabkan gelombang tsunami setinggi 5-10 meter. Gelombang itu menghantam sebuah kapal Inggris bermuatan 150-200 ton yang ditambatkan di Batang Arau, dan menyapunya hingga sejauh 1 kilometer ke wilayah pedalaman Padang. Perahu-perahu kecil juga hanyut hingga 1,8 km ke hulu sungai. Selain bangunan-bangunan yang runtuh, tak tercatat berapa korban jiwa gempa ini.
25 November 1833 (Samudera Hindia)
Journal of Geophysical Research (2006) juga mencatat grmba besar di lepas pantai barat Sumatra sekitar pukul 22.00 WIB berkekuatan sekitar 8,8 sampai 9,2 Mw. Gempa ini disebabkan pecahnya segmen palung Sumatra sepanjang 1.000 kilometer tak jauh dari pusat Gempa bumi Samudra Hindia 2004. Dampak gempa ini adalah terjadinya tsunami yang menerjang pesisir barat Sumatra utamanya Pariaman hingga Bengkulu. Tsunami juga menyebabkan kerusakan parah di Maladewa, Sri Lanka, bahkan mencapai Australia bagian utara, Teluk Benggala, dan Thailand. Jumlah korban jiwa gempa ini juga tak dicatat.
16 Februari 1861 (Kepulauan Batu)
Gempa dengan kekuatan 8,5 Mw ini merupakan gempa bumi terakhir dari serangkaian gempa bumi besar yang terjadi pada bagian segmen Sumatra di zona subduksi Selat Sunda pada abad ke-19. Merujuk Journal of Geophysical Research (2006), Bencana ini memicu gelombang tsunami yang meluluhlantakkan wilayah Kepulauan Batu dan menyebabkan lebih dari seribu orang meninggal. Getarannya dirasakan hingga Semenanjung Melayu dan bagian timur Jawa.
30 September 1899 (Pulau Seram)
Abad ke-19 kemudian ditutup dengan gempa berkekuatan 7,8 Ms di Pulau Seram, Maluku. Menurut Observatorium Meteorologi dan Magnetik Batavia, gempa ini memicu tsunami setinggi 10 meter. Sebanyak 3.280 orang meninggal akibat gempa bumi ini.