Para Pemuda Disekeliling Rasulullah SAW
Pembaca yang budiman, jika kita membayangkan lingkaran dekat Rasulullah Sallahu 'alaihi wasallam, yang hadir di kepala bisa jadi bayangan orang-orang dewasa yang sudah mapan, bersorban dengan jenggot yang memutih. Faktanya, adalah gairah-gairah para pemuda yang juga jadi pondasi Islam pada masa-masa awalnya.
Di keluarga Rasulullah, misalnya, ada Ali bin Abi Thalib yang menerima Islam pada usia 10 atau 13 tahun seperti juga Abdullah bin Umar dan Ubaidah bin al-Jarrah. Sementara Jabir bin Abdullah dan Zaid bin Harits berusia 15 tahun. Abdullah bin Mas'ud, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas, Asma bint Abu Bakr, seluruhnya berusia 16 sampai 17 tahun. Muadz bin Jabal dan Mush'ab bin Umair berusia 18 tahun. Utsman bin Affan, Abu Ubaida, dan Abu Hurairah, usianya merentang dari 25 hingga 31 tahun saat menerima dan memperjuangkan Islam.
Mereka pemuda-pemuda pemberani yang mengorbankan kemewahan hidup untuk memperjuangkan kondisi masyarakat yang lebih baik.
Salah satu lokasi pengajian Islam di masa-masa awalnya adalah kediaman keluarga Arqam. Arqam bin Abil Arqam yang menyediakan rumah yang posisinya agak tersembunyi itu sebagai lokasi tersebut. Kala itu, ia baru berusia 18 tahun.
Asma bint Abu Bakar, pada usia 17 tahun berani menyelinap keluar Makkah guna mengantarkan bekal bagi ayahnya Abu Bakar dan Rasulullah saat mereka menuju Madinah. Ia mengorbankan dirinya kena pukul karena berkeras menyembunyikan lokasi mereka berdua.
Muadz bin Jabal juga salah satu pemuda yang menonjol pada masa Rasulullah. Ia dijadikan wakil Rasulullah setelah penaklukkan Makkah. Saat baru berusia 27 tahun, ia sudah diserahi tugas menjadi gubernur Yaman, wilayah yang baru ditaklukkan pasukan Muslim.
Anas bin Malik meriwayatkan, di Madinah Rasulullah memiliki pasukan yang terdiri dari 70 pemuda yang dijuluki para Qurra. Mereka bertugas menyebar ke seantero kota guna mengajarkan Islam. Sekali waktu, sebagian mereka dikirim ke lokasi bernama Bir Ma'unah namun kemudian menjadi syuhada di lokasi tersebut. Kejadian itu jadi asal muasal pembacaan qunut pada shalat Subuh.
Yang tak kalah istimewa tentu Usamah bin Zaid. Usamah merupakan panglima Islam termuda sekaligus panglima terakhir yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah. Ia secara langsung ditunjuk memimpin perang ke Mut'ah oleh Rasulullah pada usia 18 tahun. Saat para sahabat yang lebih tua keberatan, Rasulullah membelanya. Ekspedisi yang ia jalankan setelah Rasulullah wafat itu kemudian berjalan gemilang dengan pertumpahan darah yang minimal, mencerminkan kecerdikan strategi Usamah.
Demikianlah, Rasulullah demikian mempercayai para kaum muda. Muhammad Jebara dalam bukunya Muhammad the World Changer menuliskan bahwa Rasulullah meyakini sepenuhnya potensi para pemuda untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik dan tak henti mendorong terpenuhinya potensi tersebut.