Saat Tim Muslim Perdana 'Dirampok' di Piala Dunia

Sejarah  

Pembaca yang budiman, helatan sepak bola Piala Dunia sebentar lagi digelar. Terkait hal itu, ijinkan kami mengajak Anda menjelajahi waktu mengunjungi momen-momen istimewa olahraga sejuta umat tersebut.

Saat ini, sudah hal yang lumrah melihat pada pesepakbola Muslim yang secara terang-terangan menjalankan keyakinan mereka menempati kasta tertinggi sepak bola dunia. Yang terkini, Karim Benzema, putra keturunan Aljazair berkewarganegaraan Prancis diganjar sebagai pemain terbaik dunia lewat penghargaan Ballon d'Or. Bagaimana sejarahnya kesertaan Muslim di olahraga paling populer di dunia itu?

Adalah Tim Nasional Mesir yang berisikan para pemain Muslim yang perdana berlaga di Piala Dunia. Mereka masuk kualifikasi saat helatan itu baru yang kedua kalinya digelar. Lokasinya di Italia, tahunnya 1934.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Timnas Mesir berfoto menjelang pertandingan Piala Dunia 1934 di Napoli, Italia. (istimewa)
Timnas Mesir berfoto menjelang pertandingan Piala Dunia 1934 di Napoli, Italia. (istimewa)

Penjaga gawang tim itu, Mustafa Kamel Mansour menuturkan kepada BBC beberapa saat sebelum berpulang pada 2002 betapa perjalanan mereka tak mudah. Mereka bertolak menggunakan kapal bernama Helwan dari Kairo selama empat hari sehingga akhirnya mencapai Napoli, lokasi pertandingan perdana mereka.

Selain Mansour, ada Abdel Aziz sebagai kiper cadangan. Kemudian Ibarahim Abdelhamid, Sharli Hamidu, Ali Kaf, dan Ismail Rafaat sebagai pemain bertahan.

Di sektor tengah, ada Hassan el-Far, Muhammad Farid, Muhammad Hassan, Mustafa Kamil Taha, Muhammad Latif, Hassan Raghab, dan Ali Shafi. Sementar ujung tombak penyerangan dikomandoi pemain legendaris Abdurrahman Fawzi dikawal Hani Labid Mahmud dan Mahmud Mukhtar.

Mesir kala itu harus bertanding melawan Hungaria yang sedang naik daun dan tak lama akan menjadi kekuatan mengerikan di sepak bola dunia. Sistem yang dipakai kala itu adalah sistem gugur sehingga yang kalah harus langsung angkat koper.

Terlepas dari digdayanya Hungaria kala itu, Mansour mengenang bahwa perlawanan mereka juga tak biasa. "Kami tim yang lebih baik, kami pantas menang," ujar dia. Penyerang mereka, Abdurrahman Fawzi berhasil menyarangkan dua gol untuk membuat keadaan menjadi 2-2 di tengah pertandingan.

Mansour meyakini, wasit Rinaldo Barlassina jadi penyebab utama kekalahan mereka. Ia mengenang, kala skornya 2-2, Fawzi membawa bola dari garis tengah dan menggocek semua pemain Hungaria lalu mencetak gol. "Tapi wasit malah membatalkan gol itu dan menyebutnya offside!" tutur Mansour meradang. Semua penggemar sepak bola tentu paham, tak mungkin gol offside dicetak seorang pemain yang melewati pemain lawan, dari garis tengah pulak.

Keputusan wasit itu punya dampak panjang. Fawzi seharusnya jadi pencetak trigol perdana dari Afrika di Piala Dunia. Hingga saat ini, capaian tersebut belum dipecahkan pemain Afrika manapun.

Tak hanya disitu, menurut Mansour gol keempat Hungaria juga semestinya tak sah. "Saya sudah menangkap bola umpan silang tapi penyerang mereka menabrak dada saya dengan lututnya. Sikutnya mematahkan hidung saya dan bahkan mendorong saya melewati garis gol!" kata dia.

Ia mengenang, 15 ribu penonton di stadion kala itu seluruhnya berteriak marah saat wasit justru mengesahkan gol atas pelanggaran terang-terangan tersebut. Koran-koran Italia, kata Mansour, seluruhnya mengkritik wasit kala itu. Sementara Mesir baru kembali lolos ke Piala Dunia 56 tahun kemudian. []

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image