Sejarah

Hidup Mati Umat di Perang Khandaq

Assalamualaikum, pembaca yang budiman. Bulan Maulid kembali tiba, terkait hal itu, kami punya ikhtiar meyampaikan secara berseri riwayat mulia Baginda Rasulullah (semoga kedamaian selalu untuknya). Selamat membaca!

Banyak yang sepakat, kompleks Masjid Sab’ah di kaki Bukit Sala' dibangun di salah satu lokasi penting terkait Perang Khandaq, saat Madinah dikepung pasukan gabungan dari Makkah, sejumlah suku-suku Badui, dan dua suku Yahudi nyaris sebulan penuh.

Saat itu, seperti dituturkan Ibn Ishaq, dua tahun setelah Perang Uhud, dua suku Yahudi yang diusir dari Madinah, Bani Nazir dan Bani Qaynuqa mencapai kesepakatan dengan Quraish di Makkah untuk bersama-sama menyerang Madinah. Mereka kemudian merayu sejumlah suku-suku Badui untuk ikut serta dan berhasil mengumpulkan 10 ribu pasukan pejalan kaki dan 600 pasukan berkuda.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Mendapat peringatan dari sekutu mereka, Madinah kemudian merundingkan strategi untuk menghalau pasukan dalam jumlah besar tersebut. Usulan yang diterima, datang dari Salman Alfarisi, seorang Persia yang lama berkelana sebelum tiba di Madinah dan memeluk Islam. Ia menyarankan, kaum Muslimin menggali parit di bagian utara Madinah untuk menghalau musuh.

Tak menunggu lama, penduduk Madinah langsung melakukan penggalian yang berlangsung selama enam hari. Sebanyak 3.000 lelaki Madinah yang berusia di atas 14 tahun dikerahkan jadi pekerja sekaligus pasukan. Rasulullah ikut melakukan penggalian sembari mengawasi dari posnya di kaki Bukit Sala’, yang kini diyakini sebagai lokasi Masjid Sab’ah.

Masjid Sab'ah di Madinah, Arab Saudi. (Fitriyan Zamzami/Republika)
Masjid Sab'ah di Madinah, Arab Saudi. (Fitriyan Zamzami/Republika)

Masjid dinamai seperti itu karena dulunya ada enam mushala-mushala kecil yang terletak saling berdekatan di lokasi tersebut. Jumlah tujuh dilengkapi Masjid Qiblatayn, sekitar 1,5 kilometer ke arah barat.

Masjid utama saat ini, adalah sebuah bangunan megah berwarna putih bersih. Ia berdiri di tinggikan dari lahan parkir lokasi tersebut dengan dua menara yang menjulang di ujung utara dan selatan masjid, serta sebuah kubah. Papan nama masjid itu tak lagi Masjid Sab’ah, namun ditulis Masjid Khandaq. Toh saat ini memang bukan tujuh lagi jumlah masjid-masjid kecil di lokasi itu.

Ketika saya mengunjungi lokasi itu, di pelataran antara dua tangga menaiki masjid, ada puluhan jamaah dari Turki. Mereka mengelilingi seorang pembimbing yang tak muda lagi yang sedang bercerita dengan penuh gairah.

Sang pembimbing menunjuk-nunjuk dengan antusias empat bangunan tua yang tak terurus di sekitar masjid. Ada Masjid Alfatah agak tinggi di bukit sayap paling utara masjid. Lokasi yang jaraknya sekitar 70 meter dari masjid utama itu mereka yakini jadi lokasi Rasulullah mengawasi penggalian.

Namanya saja masjid, namun sedianya ia bangunan yang tak besar, hanya sekitar lima kali dua meter. Bahkan lebih kecil dari kebanyakan mushala di Tanah Air. Pintu masuknya dari besi dan pagarnya terkunci senantiasa. Di dalam bangunan itu sajadah dibiarkan kotor berdebu. Tembok-temboknya terkelupas dan dipenuhi coretan-coretan.

Salah satu mushala penanda pos pada Perang Khandaq. (Fitriyan Zamzami/Republika)
Salah satu mushala penanda pos pada Perang Khandaq. (Fitriyan Zamzami/Republika)

Sang pembimbing Turki juga menunjuk bangunan tua tak jauh dari tangga bagian utara menuju masjid utama. Serupa dengan Masjid Alfatah, ia bangunan yang juga tak besar, hanya sekitar tujuh kali dua meter. Pengunjung biasa salah sangka bahwa bangunan itu adalah loket tempat mengambil brosur. Tembok-temboknya juga tak terurus dan dibiarkan kusam.

Bagimanapun, bangunan itu dipercayai berdiri di lokasi Masjid Salman Alfarisi mengawasi penggalian parit raksasa selebar lima meter dan sedalam tiga meter. Parit itu merentang tiga atau lima kilometer dari bagian barat daya di kaki Jabal Jammah hingga timur laut ke kaki Jabal Uhud. Bukit Sala' terletak di sebelah timur bagian tegah parit tersebut.

Nun di bagian selatan masjid utama, ada bangunan kecil lain yang dipercayai merupakan lokasi Abu Bakar Siddiq melakukan shalat. Tak jauh dari bangunan itu ada juga bangunan menandai lokasi berdiam Umar bin Khattab.

Sedangkan masjid yang berdiri megah di antara pos-pos itu, baru dibangun Kerajaan Saudi beberapa tahun silam, sebelumnya adalah lokasi dua pos lainnya. Paling dekat dengan Bukit Sala sempat berdiri Masjid Ali bin Abi Thalib seukuran 8,5 kali 6,5 meter dan tak jauh ke barat sempat berdiri Masjid Fatimah Azzahra. Kedua Bangunan itu saat ini sudah digusur untuk masjid yang baru selesai dibangun. Di bagian utara bangunan masjid tersebut, ada sebuah plaza dengan lantai ubin yang indah seluas kira-kira 30 kali 30 meter. Di plaza itu dahulu Masjid Fatiman berdiri.

Abdul Mukmin, seorang sukarelawan dari Nigeria yang ditugasi Kerajaan Saudi memberikan penjelasan berbahasa Inggris pada pengunjung dengan semangat dan artikulatif pula menceritakan sejarah tandingannya. “Pos-pos ini hanya bangunan dari masa saat Madinah dikuasai Turki Utsmani. Mana mungkin ada masjid sebegini dekat dengan Masjid Nabawi di zaman Rasulullah!?” kata dia menggebu-gebu.

Bangunan Masjid Alfatah, menurutnya baru dibangun sekitar abad ke-8 dan kemudian diperindah pada 1179 dan direnovasi lagi oleh Sultan Utsmani Abdul Majid I pada 1851. Masjid Salman Alfarisi juga dibangun pada masa yang sama. Demikian juga dengan Masjid Abu Bakar Siddiq dan Masjid Umar bin Khatab. Bangunan megah yang saat ini berdiri baru mulai dibangun Kerajaan Saudi pada 2009.

Salah satu mushala penanda pos pada Perang Khandaq. (Fitriyan Zamzami/Republika)
Salah satu mushala penanda pos pada Perang Khandaq. (Fitriyan Zamzami/Republika)

Menurut Abdul Mukmin, tak ada landasan historis terkait pos-pos Rasulullah dan para sahabat di kaki Bukit Sala'. Rasulullah dan para sahabat serta ribuan warga Madinah, kata Abdul Mukmin, terlampau sibuk menggali parit selama lima hari untuk mendirikan apapun di lokasi tersebut.

Sementara parit yang dulu digali sudah tak tersisa lagi. Jalurnya kini dilintasi jalan raya, hotel-hotel, rumah penduduk, dan bangunan lainnya. Abdul Mukmin menuturkan, tak ada perlunya parit itu dipertahankan. “Bagaimana kaum Muslimin mau keluar kota kalau dulu tak ditutupi lagi?” tanya dia tanpa menanti jawaban.

Bagaimanapun, strategi yang dijalankan Madinah dari lokasi tersebut berhasil. Sebulan melakukan pengepungan, pasukan Makkah dan sekutu mereka menyerah. Rasulullah diriwayatkan berdoa berhari-hari sehingga Allah mengirimkan ketakutan dan angin kencang yang mengusir pasukan pengepung. Lokasi Rasulullah berdoa tersebut kabarnya berada di Masjid Alfatah sesuai dengan namanya yang berarti “kemenangan”.

Ancaman dari timur yang dilancarkan suku Yahudi Bani Qurayza dan kaum munafik yang membelot terhadap Madinah pada saat pengepungan juga lekas dipadamkan. Sementara pengepungan itu selamanya jadi pengingat betapa rentannya umat Islam saat itu, betapa berbahayanya para munafik, dan betapa dekat mereka dengan kemusnahan tanpa bantuan Allah Yang Maha Perkasa. []

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.