Para Perisai Nabi di Gunung Uhud

Sejarah  

Assalamualaikum, pembaca yang budiman. Bulan Maulid kembali tiba, terkait hal itu, kami punya ikhtiar meyampaikan secara berseri riwayat mulia Baginda Rasulullah (semoga kedamaian selalu untuknya). Selamat membaca!

Ini adalah salah satu kisah paling heroik dalam sejarah awal Islam, bahkan mungkin dalam sejarah dunia. Ketika Rasulullah terpojok dalam kekalutan pasukan Muslim, dikepung pasukan Quraish, dan dilindungi para sahabat yang mengasihinya melebihi cinta terhadap kehidupan dan diri mereka sendiri.

Kisah tentang Wahb bin Qabus Almuzani seorang penggembala yang melepas anak panah demi anak panah untuk melindungi Rasulullah hingga akhirnya syahid bersama sepupunya Harits. Meninggalkan hewan ternak mereka di kampung begitu mendengar pasukan Muslim terkepung dan kemudian jadi tameng Rasulullah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kisah tentang Abu Dujanah salah seorang petarung terbaik Anshar. Diserahi pedang Rasulullah, pria yang dijuluki Serban Merah Kematian ini tanpa takut membabat musuh. Kisah tentang Ali bin Abi Thalib sang pemegang Zulfikar, pedang bermata ganda, yang tak memiliki rasa gentar.

Bukit Rumat, lokasi pos para pemanah pada Perang Uhud. (Fitriyan Zamzami/Republika)
Bukit Rumat, lokasi pos para pemanah pada Perang Uhud. (Fitriyan Zamzami/Republika)

Tentang Talhah bin Ubaidillah seorang pemeluk mula Islam dari Bani Taym di Makkah. Pejuang berserban kuning yang menjadikan dirinya perisai hidup untuk melindungi Nabi, dengan luka parahnya sendiri membopong Rasulullah ke tempat aman. Tentang Abu Ubaydah seorang bangsawan dan pedagang dari Bani Harits di Makkah. Seorang pria yang terkenal dengan kesederhanaan dan keberaniannya, dengan giginya mencabut pecahan rantai baju besi yang menancap di pipi Rasulullah.

Ia juga kisah tentang Nusaibah bint Ka'ab, seorang perempuan Madinah yang mengambil pedang dan perisai dari mereka yang gugur dan dengan gagah berani pasang badan untuk Rasulullah. Bertarung dengan kegigihan melebihi banyak lelaki saat itu.

Kisah tentang Rasulullah yang dalam keadaan terluka menghadapi sendiri Ubay bin Khalaf yang menunggangi kuda menerjang dengan pedang untuk membunuh. Sekedipan mata, mengangkat tombak yang ia pegang dan melemparnya tepat sasaran dan merobohkan Ubay yang sedang mengayunkan pedang.

Periwayat awal sirah nabawiyah seperti Ibn Ishaq dan Ibn Hisham, kemudian penulis biografi modern Martin Lings, juga Syekh Mubarakpuri, menuliskan dengan terperinci kejadian-kejadian tersebut. Saat Rasulullah sangat dekat dengan kematian menyusul kealpaan pasukan Muslim dalam Perang Uhud yang terjadi pada 625 Masehi.

Kala itu, setahun setelah Perang Badar, kaum Qurayshi Makkah merencanakan serangan balasan kepada Madinah atas kekalahan mereka. Sebanyak 3.200 petempur mereka kumpulkan untuk menyerbu Madinah.

Menghadapi ancaman tersebut, Rasulullah mengarahkan 700 prajurit gabungan Mujairin dan Anshar. Alih-alih bertahan di Madinah, pasukan itu menghadapi pasukan Makkah di kaki gunung Uhud dengan posisi kedatangan pasukan Makkah justru dari arah Madinah serta posisi Jabal Uhud di belakang pasukan Muslimin. Taktik ini diambil untuk menjauhkan pasukan Makkah dari Madinah.

Bukit Rumat, lokasi pos para pemanah pada Perang Uhud. (Fitriyan Zamzami/Republika)
Bukit Rumat, lokasi pos para pemanah pada Perang Uhud. (Fitriyan Zamzami/Republika)

Mulanya pasukan Muslimin berhasil merepotkan pasukan Makkah sehubungan strategi menempatkan sebanyak 50 pemanah di salah satu bukit di kaki Gunung Uhud. Ketika pasukan Makkah nampak kalah dan hendak meninggalkan medan pertempuran, para pemanah tersebut mengabaikan perintah Rasulullah untuk tetap di tempat, alih-alih turun ke medan berebut rampasan perang.

Khalid bin Walid, panglima perang Makkah saat itu melihat peluang dan kemudian mengitari pasukan Muslim yang tanpa perlindungan. Angin perang berubah dan pasukan Madinah kocar-kacir.

Sebagian gugur, sebagian meninggalkan perang, lainnya yang menyadari bahwa Rasulullah terdesak kian dekat ke kaki gunung langsung merapat membentuk barikade. Dalam kekalutan itu, Hamzah bin Abdul Muthalib, sang Singa Allah dan Rasulnya gugur ditombak dan kemudian dicabik-cabik wajahnya.

Saat ini, yang dijadikan objek ziarah resmi oleh Kerajaan Arab Saudi adalah tanah lapang yang jaraknya sekitar 10 kilometer di utara Masjid Nabawi. Di situ, ada Bukit Rumat, lokasi 50 pemanah Muslim yang nantinya meninggalkan posisi dan mengubah jalannya Perang Uhud. Sekitar 20 meter ke utara bukit itu, ada makam para syuhada, tempat Hamzah gugur dan 70 martir Perang Uhud syahid dan dikuburkan. Persis di bagian timur makam itu, ada masjid megah.

Lokasi Rasulullah terkepung, menurut kisah tempatan, masih sedikit jauh ke utara, tepatnya sekitar satu kilometer dari kompleks ziarah, di kaki Gunung Uhud serta tebing-tebing gunung tersebut. Hal ini mengingat Rasulullah dan pasukan Muslim yang tercerai-berai memang sempat terdorong ke utara dari lokasi utama pertempuran.

Kompleks ziarah syuhada Uhud dan lokasi itu dipisahkan jalan raya yang kabarnya melintang persis di atas lokasi Rasulullah terluka dan tanggal giginya dalam Perang Uhud. Di utara jalan raya itu, kompleks perumahan padat dengan jalan-jalan sempit yang hanya bisa dilintasi satu atau dua mobil.

Saat mencoba mencari lokasi itu, saya harus mengira-ngira di antara kelindan labirin pemukiman warga. Sebuah bus kuning yang saya sangka mengantar peziarah dan saya ikuti ternyata hanya bus sekolah yang mengantar pulang anak-anak siang itu.

Namun berkat mengikuti bus itu pula saya bertemu dengan Mukhtar Assaleh, seorang warga tempatan. Berkulit legam seturut asalnya yang dari Afrika, Mukhtar tak banyak bicara dan langsung membimbing ke lokasi yang saya cari.

Tiba di ujung timur laut pemukiman, tepat di kaki Gunung Uhud, ia menunjuk ke atas. “Di situ tempat berlindung Rasulullah,” kata dia dalam bahasa Arab. Ia menunjuk sebuah rekahan di gunung tersebut. Dari kaki gunung, ada jalur menanjak yang tak sebegitu curam ke dasar rekahan itu sekitar 20 meter jaraknya.

Rekahan di Gunung Uhud lokasi Rasulullah berlindung dalam Perang Uhud. Rekahan itu pada 2018 telah disemen Kpihak Kerajaan Saudi. (Fitriyan Zamzami/Republika)
Rekahan di Gunung Uhud lokasi Rasulullah berlindung dalam Perang Uhud. Rekahan itu pada 2018 telah disemen Kpihak Kerajaan Saudi. (Fitriyan Zamzami/Republika)

Menurut Mukhtar, ke situ Talhah menggendong Rasulullah saat keduanya terluka dan terdesak pasukan Quraish. Diriwayatkan, pasukan Muslim bertahan dari atas tebing sembari menghalau pasukan Quraish yang mencoba naik untuk membunuh Rasulullah selepas menyadari kabar kematian beliau yang beredar sebelumnya ternyata keliru. Kegigihan sisa-sisa pasukan Muslim yang langsung merapat melindungi Rasulullah membuat pasukan Quraish menyerah dan akhirnya kembali ke Makkah.

Rekahan yang tingginya sekitar lima meter lebih itu kini sudah disemen sepenuhnya. Beberapa tahun lalu, peziarah masih bisa naik sampai ke dasar rekahan. Mereka mengabarkan, ada bau harum misik menguar dari lokasi tersebut. Saat ini, kaki gunung sudah diimbuhi pagar besi dan kawat duri setinggi dua meter. “Sudah ditutup, sudah ditutup,” kata Mukhtar.

Sebelum ditutup sepenuhnya, peziarah dari Pakistan, India, Turki dan beberapa negara lainnya kerap memanjat dan berdoa di lokasi itu. Jamaah dari Iran juga berziarah ke lokasi tersebut seturut kepercayaan bahwa di gua tersebut Ali menerima Zulfikar, pedangnya.

Media-media Saudi melansir, hal itu yang membuat Kerajaan Saudi menutup lokasi meski sebagian sejarawan di Saudi membenarkan rekahan itu memang tempat berlindung Rasulullah. Pada 2006, sempat juga ada rencana penghancuran yang ditentang warga sekitar.

Di antara pakar yang meyakini lokasi tersebut benar tempat berlindung Rasulullah pada perang Uhud adalah pakar sejarah Madinah mantan pengajar di Universitas Taibah Madinah, Abdulaziz Kaki.

Yang bersangkutan adalah juga pendiri Museum Darul Madinah di Kompleks Kota Pengetahuan dan Industri Madinah. Ia menuturkan, seperti dilansir //Saudi Gazette//, pada 2012 saat gua mulai ditutup, banyak buku-buku sejarah yang menuliskan bahwa di rekahan tersebutlah Rasulullah berlindung pada Perang Uhud.

Meski begitu, sejarawan lain, Tnaideeb Al-Faidi mengatakan Rasulullah hanya sampai di kaki bukit. Syekh Mubarakpuri dalam sirah nabawiyahnya menuturkan, Rasulullah sempat mendaki bukit melalui salah satu jalur di kaki bukit. Meski begitu, ia tak menuturkan soal gua tertentu.

Bagaimanapun upaya penutupan oleh Kerajaan Saudi saat ini agaknya berhasil. Siang itu, saya menyaksikan sejumlah orang dengan raut dan ciri khas peziarah Asia Selatan hanya berkendara melintas tanpa menengok rekahan tersebut.

Kenangan dan arti penting lokasi tersebut saat ini hanya dijaga penduduk di sekitarnya. Seperti Abdul Qadir, seorang bocah 10 tahun yang tinggal di rumah paling pojok tepat di kaki gunung di bawah rekahan. “Iya, Bapak bilang di situ dulu Rasulullah berlindung dan perangnya di rumah kami,” kata dia. []

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

Kategori

× Image