Sejarah

Kanjuruhan dan Sejarah Gas Air Mata di Sepak Bola

Sedikitnya 127 orang meninggal dalam kerusuhan selepas pertandingan sepak bola Arema Malang melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022). Penggunaan gas air mata oleh kepolisian untuk menghalau massa mewarnai tragedi tersebut.

Merujuk Ensiklopedia Britannica, pertama kali digunakan dalam Perang Dunia I sebagai senjata kimia. Meski begitu, karena efeknya berlangsung singkat dan jarang melumpuhkan, gas air mata mulai digunakan oleh lembaga penegak hukum sebagai sarana untuk membubarkan massa.

Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). | ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). | ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto

Gas air mata, juga disebut lakrimator, adalah salah satu dari sekelompok zat yang mengiritasi selaput lendir mata, menyebabkan sensasi menyengat dan air mata. Mereka juga dapat mengiritasi saluran pernapasan bagian atas, menyebabkan batuk, tersedak, dan kelemahan umum. Gas air mata juga menimbulkan rasa menyengat semacam terbakar di bagian kulit yang terpapar.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sebelum kejadian di Stadion Kanjuruhan Malang, penggunaan gas air mata juga disebut jadi salah satu penyebab meninggalnya 126 pendukung sepak bola di Stadion Accra di Ghana pada 2001. Saat itu, merujuk the Guardian, penggunaan gas air mata oleh kepolisian terhadap pendukung yang merusuh memicu kepanikan yang membuat banyak penonton terinjak-injak. Sebagian juga meninggal akibat kehabisan napas.

Terkait potensi bahaya itulah FIFA mengatur pelarangan penggunaan gas air mata di dalam stadion sebagai upaya pengendalian massa. Pada Piala Dunia 2014 di Brasil, FIFA memutuskan bahwa pertandingan harus segera dihentikan begitu ada gas air mata yang masuk ke stadion. Penyelenggaraan Piala Dunia kala itu berbarengan dengan maraknya aksi unjuk rasa memprotes pemerintahan Brasil.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Tentang sejarah Tanah Air, dunia, dan peradaban Islam.